Surat Peninggalannya...


Adikku..

Di saat kita hanya berfikir untuk hidup bagi diri sendiri, terasalah oleh kita bahwa kehidupan ini begitu sempit dan pendek.. dimulai dari kelahiran kita dan berakhir semasa kematian, berangkat dari pertama kali kita digelarkan di atas bumi dan kembali ke bumi lagi.

Tetapi adikku..

Jika hidup kita untuk akidah dan untuk orang lain, maka terasalah hidup ini cukup luas dan panjang.

Ia lahir bersama dengan kemanusiaan dan hanya akan mati setelah roh terlepas dari jasad kasar ini, berpisah dengan bumi. Kita akan merasa sangat berbahagia dan puas. Umur kita berlipat ganda melebihi jumlah angkanya, walaupun ia lebih kecil dari hitungan tahunnya. Itulah kebahagiaan yang hakiki, bukan kebahagiaan fantasi. Dalam kehidupan yang seperti itu, tergambarlah keuntungan yang kita peroleh dari sejak awal kelahiran kita, dari hari ke hari, dari masa ke masa, dan seluruh umur kita, dalam perasaan kita, pada setiap langkah kita. Terasa betul bahawa hidup ini bukan hanya sekadar berapa lama nafas ini keluar masuk dari tubuh kita, dan bukan pula berapa banyak jumlah angka umur kita, tetapi hidup ini diukur dan dinilai dari "kepuasan rohani" yang dapat kita rasakan !

Kenyataan seperti inilah yang disebut "realiti" dan "hakikat", bukan Imaginasinya kaum realistis materialistis itu. Dan inilah hakikat hidup di atas segala hakikat yang mereka pergunakan.

Kita akan merasakan bahagia yang berlimpah-limpah, bila kita hidup untuk manusia lain. Seberapa kadar perasaan untuk hidup bersama orang lain, maka berlipat gandalah perasaan terhadap kehidupan kita sendiri, dus bererti kehidupan ini dengan sendirinya akan berlipat dan melimpah-limpah, akhirnya kita merasa bahagia hidup di dalamnya !

Petikan dari surat As-Syaheed Sayyid Qutb kepada adiknya Hamidah Qutb di luar penjara.

No comments: